Tuesday, April 14, 2015

Lasem – Waktu yang Seolah Berhenti


Gerbang masa lalu


Menapakkan jejak di Lasem adalah sebuah perjalanan dengan mesin waktu. Kota  yang terletak di pantai utara Jawa, sebelah Timur kota Pati ini, memiliki sejarah panjang. Sejarah yang kini mungkin hanya tergaung ke dunia luar lewat batik.

Awal sebuah ritual


Maka masuklah ke perkampungan di sisi jalan raya Pantura. Tak lebih dari satu kilometer, akan terpapar lansekap yang menarik kita ke masa lampau.
Lewat pintu samping
Hio, perangkat utama ritual

Khusyuk berdoa
Adalah sebuah kelenteng kuno yang terletak di pinggir sungai. Tak ada papan nama dalam bahasa Indonesia yang terpasang di depan bangunan. Semua ditulis dengan huruf Cina. Wajar saja, seiring dengan longgarnya kebijakan pemerintah terhadap keragaman agama di Indonesia, kaum minoritas ini bisa menampakkan jati dirinya dengan leluasa. Selain itu, mau tidak mau, suka tidak suka, keberadaan Lasem tak lepas dari eksistensi mereka di masa lampau.
Dewa kesekian yang harus disambangi

Awal dan akhir melewati pintu semula

Klenteng yang didirikan pada tahun 1477 ini merupakan klenteng tertua di pulau Jawa. Dengan statusnya tersebut maka artefak-artefak di dalamnya juga tak kalah tua. Pengurus klenteng, koh Aceng, bercerita bahwa suatu hari ada seorang pencuri masuk lalu mengambil salah satu patung dewa di situ. Apa lacur, pencuri itu tak bisa keluar dari area klenteng. Dia berkali-kali mencari jalan keluar tapi tak berhasil. Tingkah ganjil tersebut lalu mengundang perhatian istri pengurus klenteng. Tak lama kemudian durjana itu diringkus masyarakat setempat dengan barang bukti berupa patung seukuran mug yang telah patah di beberapa tempat. Wallahu’alam bissawab.

Secara umum seluruh dinding bagian dalam klenteng ini belum pernah dipugar sejak didirikan. Pun demikian dengan tiang besar penyangga utama konstruksi bangunan itu. Kualitas kayu jatinya memang sangat prima sehingga tak bakal lapuk didera usia.

Ketenangan batin dan pencerahan jiwa
Akhir dari sebuah ritual

Demikianlah, Lasem dan klenteng seolah pasangan sehidup semati. Pasangan yang telah mengarungi kerasnya kehidupan selama ratusan tahun.

Bandung, 15 April 2015

No comments: